Upaya Panitia Mencegah Kerusuhan Saat Laga Voli Besar
Upaya Panitia Mencegah Kerusuhan Saat Laga Voli Besar. Usai kerusuhan suporter dan keributan pemain di semifinal Piala Ketum PP PBVSI 2025 pada 14 Desember lalu, panitia langsung bergerak cepat agar final putra dan putri (16-17 Desember) berjalan aman dan damai. GOR Padepokan Voli Sentul, Bogor, kini dijaga seperti benteng: 250 personel keamanan, 8 metal detector, 20 CCTV baru, dan larangan total suporter tandang. PBVSI juga keluarkan 12 aturan baru yang wajib dipatuhi semua penonton dan tim. Ketua Panitia Agus Susanto bilang: “Kami tak mau voli Indonesia tercoreng lagi. Final harus jadi pesta olahraga, bukan pesta ribut.” Langkah-langkah ini jadi yang terketat sepanjang sejarah turnamen voli nasional. INFO SLOT
Pengamanan Fisik yang Diperketat: Upaya Panitia Mencegah Kerusuhan Saat Laga Voli Besar
Mulai Selasa pagi, 16 Desember, GOR Sentul sudah berubah wajah. Pintu masuk hanya tiga titik, semua penonton wajib lewati metal detector dan tas digeledah manual. Botol air mineral, kursi lipat, dan benda keras lain dilarang masuk—hanya boleh bawa spanduk kain kecil tanpa tiang. Suporter tuan rumah (Jakarta dan Surabaya) dipisah jauh: satu tribun utara, satu selatan, dengan pagar besi setinggi 2 meter dan 50 petugas di antaranya. Suporter tandang resmi dilarang hadir; tiket yang sudah terjual diganti undangan VIP atau refund penuh. Drone pengawas terbang nonstop di atas gedung, sementara 30 anggota Brimob bersiaga di luar pagar. “Kami pakai pola pengamanan sepak bola Liga 1, tapi lebih ketat karena GOR lebih kecil,” kata Koordinator Keamanan Kombes Budi Sartono.
Aturan Baru untuk Penonton dan Pemain: Upaya Panitia Mencegah Kerusuhan Saat Laga Voli Besar
PBVSI keluarkan 12 poin “Kode Etik Penonton & Pemain” yang wajib ditandatangani saat masuk:
- Larangan chant provokatif, ejekan personal, atau kata-kata kasar
- Selebrasi berlebihan dilarang (langsung kartu kuning)
- Pemain wajib hormat wasit, pelatih wajib tahan emosi
- Penonton wajib duduk di tempat duduk yang ditentukan
- Setiap lempar benda ke lapangan = pengusiran + denda Rp 5 juta
- Live score dan pengumuman wasit ditayangkan di layar besar untuk kurangi protes. Pelatih kedua final (Joel Banks dan Samsul Jais) sudah setuju: “Kami dukung aturan ini demi anak-anak bermain tenang.”
Pendampingan Psikologis dan Edukasi
Panitia tak cuma kejar fisik, tapi juga mental. Dua psikolog olahraga dari Universitas Indonesia dampingi semua pemain final sejak Senin malam—sesi relaksasi, visualisasi, dan simulasi tekanan tribun kosong. Suporter yang masuk wajib tonton video edukasi 3 menit di pintu masuk: pesan damai dari legenda voli seperti Risco Herlambang dan Aprilia Manganang. Anak-anak di bawah 15 tahun wajib didampingi orang tua, dan semua penonton dapat gelang identitas warna berbeda sesuai blok. “Kami ingin penonton pulang bawa kenangan manis, bukan trauma,” kata Agus Susanto. Tiket final putra dan putri hanya terjual 3.500 lembar (50 persen kapasitas), sisanya undangan resmi dan media.
Kesimpulan
Upaya panitia cegah kerusuhan di final Piala Ketum PP PBVSI 2025 jadi langkah terketat sepanjang sejarah voli nasional: 250 personel, metal detector, larangan suporter tandang, dan edukasi wajib. Dari pagar besi sampai psikolog pendamping, semua dirancang agar voli kembali jadi olahraga keluarga. Dua final (putra Jakarta vs Surabaya, putri Lavani vs Gresik) malam ini dan besok dijamin aman—tribun tenang, fokus ke permainan. Semoga langkah ini jadi standar baru, dan voli Indonesia pulihkan citra sebagai olahraga elegan yang tak pernah lagi tercoreng kerusuhan. Malam ini, semua mata ke lapangan—bukan ke tribun.