Skuad Voli Putri Tunjukkan Mental Baja dengan Comeback
5 mins read

Skuad Voli Putri Tunjukkan Mental Baja dengan Comeback

Skuad Voli Putri Tunjukkan Mental Baja dengan Comeback. Dalam sorotan Asian Youth Games 2025 di Bahrain, skuad voli putri Indonesia U-18 perlihatkan mental baja yang patut diacungi jempol. Di final melawan Iran pada 29 Oktober 2025 malam WIB di Isa bin Rashid Sports City Hall, mereka kalah dramatis 2-3 (26-28, 25-20, 25-18, 17-25, 14-16), tapi cerita comeback dari defisit awal jadi highlight utama. Meski gagal raih emas, perak yang diraih exceed target top 8, buktikan generasi muda Garuda Putri punya nyali besar hadapi raksasa Asia. Di bawah arahan pelatih, tim ini tunjukkan ketangguhan, bangkit dari kalah set pertama jadi unggul 2-1 sebelum drama akhir picu kartu merah dan kekalahan tipis. Momen ini tak hanya rebut medali, tapi juga inspirasi buat voli nasional. REVIEW KOMIK

Latar Belakang Pertandingan: Skuad Voli Putri Tunjukkan Mental Baja dengan Comeback

Asian Youth Games 2025 jadi panggung krusial bagi atlet muda Asia, gabungkan kompetisi multi-disiplin dengan fokus pengembangan talenta. Bagi Indonesia, turnamen ini ujian pertama skuad U-18 putri setelah skuad senior tampil di SEA V.League awal tahun. Target awal PBVSI sederhana: lolos perempat final. Tapi, perjalanan tim ini luar biasa—menang telak di grup, kalahkan tuan rumah Bahrain di semifinal 3-0, dan capai final pertama sejak 2013. Komposisi skuad didominasi pemain lahir 2007-2009, seperti kapten Syelomitha Avrilaviza Injilia Wongkar yang umur 17 tahun, campur talenta segar dari berbagai daerah.

Iran, lawan final, bukan tandingan ringan. Mereka juara junior dunia 2024 dan punya skuad senior kompetitif, dengan gaya permainan cepat dan blok tinggi. Sebelum laga, pelatih Indonesia tekankan adaptasi venue indoor Bahrain yang panas, plus simulasi mental untuk hadapi tekanan final. Persiapan dua minggu di Jakarta fokus receive dan smash variatif, atasi kelemahan dari turnamen regional. Ekspektasi tinggi setelah putra rebut perunggu hari sama, bikin duel putri jadi penutup manis turnamen voli. Kemenangan ini bukan soal skor akhir, tapi bukti skuad siap naik kelas.

Jalannya Pertandingan dan Momen Comeback: Skuad Voli Putri Tunjukkan Mental Baja dengan Comeback

Final dimulai tegang. Set pertama, Indonesia main imbang hingga deuce, tapi Iran unggul tipis 28-26 lewat spike akurat yang tembus blok ganda. Frustrasi muncul; receive Garuda Putri bolong, kesalahan sendiri tambah defisit. Penonton di tribun campur antara suporter Indonesia dan Bahrain mulai ragu, apai Iran tampak dominan dengan ritme stabil.

Comeback epik lahir di set kedua. Saat jeda, pelatih instruksikan main lebih agresif: rotasi cepat untuk perkuat lini depan. Hasilnya, Indonesia balas dendam—smash ganas Syelomitha tembus pertahanan, servis ace bertubi bikin Iran kocar-kacir. Skor 25-20 untuk Indonesia, momentum bergeser total. Set ketiga lanjutkan kebangkitan; Garuda Putri unggul sejak awal, blok tangguh hentikan serangan lawan, tutup 25-18. Unggul 2-1, harapan emas terbuka lebar—bukti mental baja yang ubah defisit jadi dominasi.

Drama puncak di set keempat dan kelima. Iran bangkit, tekan dengan servis jump sulit ditebak, bikin Indonesia kalah 17-25. Tiebreak jadi pertarungan saraf: skor imbang 14-14 sebelum kartu merah kontroversial pada asisten pelatih Indonesia akibat protes, picu emosi tim. Iran ambil untung, menang 16-14. Total poin 127-127, efisiensi serangan Indonesia naik 50 persen di set tengah. Momen ikonik: spike Sulastri Rahma Aulia di poin krusial set ketiga yang samakan kedudukan, picu sorak sorai dan bangkitkan semangat seluruh skuad.

Peran Pemain Kunci dan Strategi Tim

Mental baja skuad ini lahir dari kontribusi solid para pahlawan muda. Syelomitha Wongkar, kapten berusia 17 tahun asal Ambon, jadi motor utama dengan 18 poin—campur smash dan blok yang hentikan 6 serangan Iran. Sulastri Rahma Aulia bersinar di lini serang, cetak 14 poin lewat spike variatif yang sering jadi penyelamat di momen genting. Setter andal distribusi umpan presisi, beri ruang bagi outside hitter seperti Naisya yang tambah 10 poin dari digging akurat. Libero tim unggul receive 80 persen, meski cedera ringan di set akhir tak hentikan perjuangan.

Strategi pelatih brilian: hybrid offense di set kedua campur quick attack dan pipe, bikin Iran kebingungan. Latihan simulasi final ajar adaptasi cepat, termasuk handle tekanan kartu merah yang picu emosi. Iran kuat di blok, tapi gagal antisipasi comeback Indonesia yang ubah tempo dari defensif jadi ofensif. Pasca-laga, Syelomitha bilang, “Kami gugup hadapi kelas atas, tapi semangat tim bikin kami bertahan.” Reaksi PBVSI hangat—puji prestasi exceed target, fans banjir media sosial sebut ini “perak bermental emas.” Implikasi: skuad ini kandidat kuat Youth Olympic 2026, dengan fokus fisik dan minim error ke depan.

Kesimpulan

Comeback skuad voli putri Indonesia U-18 di final Asian Youth Games 2025 lawan Iran jadi bukti mental baja yang tak tergoyahkan. Dari kalah set awal, mereka bangkit unggul 2-1 sebelum drama akhir rebut perak berharga—prestasi yang ubah target top 8 jadi cerita sukses nasional. Generasi ini, dipimpin Syelomitha dan kawan, tunjukkan voli putri kita punya potensi besar, siap tantang Asia Tenggara dan lebih. Bagi pecinta olahraga, momen seperti ini ingatkan: kekalahan dramatis bisa lahirkan legenda. Ke depan, PBVSI harus dukung pengembangan, agar comeback bukan sekadar kejutan, tapi senjata andalan. Voli putri Indonesia lagi naik daun—perak ini baru awal perjalanan gemilang.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *